Apa itu kemitraan strategis? Kemitraan strategis adalah usaha membangun kerjasama dengan
perusahaan, pemerintah dan organisasi yang mampu membawa sumber daya baru dan kredibilitas untuk usaha yang dilakukan oleh kita (citizen sector).
Membangun kemitraan strategis dengan perusahan dan pemerintah serta organisasi lain tentu
berbeda. Berikut ini adalah beberapa tips dalam membangun kemitraan strategis dengan
perusahaan.
Membangun Kemitraan Strategis
1. Perjelas perbedaan nilai dalam organisasi dengan perusahan. Pemahaman perbedaan nilai ini
akan membantu merumuskan kerjasama strategis apa yang dapat memperkuat nilai yang
dipegah teguh oleh organisasi dan perusahan
2. Dorong perusahaan yang hendak terlibat dalam organisasi untuk berkontribusi dalam
peningkatan
pelayanaan organisasi, usulkan kerjasama yang inovatif dan berjangka panjang
3. Cari waktu dan contak person yang tepat dalam perusahaan
4. Buat data base perusahaan yang berpotensi dan memiliki visi perubahan sosial
5. Kembangakan sistem informasi yang dibutuhkan perusahan untuk terlibat dalam kegiatan
organisasi.
Dengan tips sederhana diatas, semoga mendorong kerjasama antara sektor masyarakat sipil dan
perusahan berubah dari orientasi philantropis menuju kemitraan strategis.
perusahaan, pemerintah dan organisasi yang mampu membawa sumber daya baru dan kredibilitas untuk usaha yang dilakukan oleh kita (citizen sector).
Membangun kemitraan strategis dengan perusahan dan pemerintah serta organisasi lain tentu
berbeda. Berikut ini adalah beberapa tips dalam membangun kemitraan strategis dengan
perusahaan.
Membangun Kemitraan Strategis
1. Perjelas perbedaan nilai dalam organisasi dengan perusahan. Pemahaman perbedaan nilai ini
akan membantu merumuskan kerjasama strategis apa yang dapat memperkuat nilai yang
dipegah teguh oleh organisasi dan perusahan
2. Dorong perusahaan yang hendak terlibat dalam organisasi untuk berkontribusi dalam
peningkatan
pelayanaan organisasi, usulkan kerjasama yang inovatif dan berjangka panjang
3. Cari waktu dan contak person yang tepat dalam perusahaan
4. Buat data base perusahaan yang berpotensi dan memiliki visi perubahan sosial
5. Kembangakan sistem informasi yang dibutuhkan perusahan untuk terlibat dalam kegiatan
organisasi.
Dengan tips sederhana diatas, semoga mendorong kerjasama antara sektor masyarakat sipil dan
perusahan berubah dari orientasi philantropis menuju kemitraan strategis.
Aperusahaan, pemerintah dan organisasi yang mampu membawa sumber
daya baru dan kredibilitas untuk usaha yang dilakukan oleh kita
(citizen sector).
Membangun kemitraan strategis dengan perusahan dan pemerintah serta organisasi lain tentu
berbeda. Berikut ini adalah beberapa tips dalam membangun kemitraan strategis dengan
perusahaan.
Membangun Kemitraan Strategis
1. Perjelas perbedaan nilai dalam organisasi dengan perusahan. Pemahaman perbedaan nilai ini
akan membantu merumuskan kerjasama strategis apa yang dapat memperkuat nilai yang
dipegah teguh oleh organisasi dan perusahan
2. Dorong perusahaan yang hendak terlibat dalam organisasi untuk berkontribusi dalam
peningkatan
pelayanaan organisasi, usulkan kerjasama yang inovatif dan berjangka panjang
3. Cari waktu dan contak person yang tepat dalam perusahaan
4. Buat data base perusahaan yang berpotensi dan memiliki visi perubahan sosial
5. Kembangakan sistem informasi yang dibutuhkan perusahan untuk terlibat dalam kegiatan
organisasi.
Dengan tips sederhana diatas, semoga mendorong kerjasama antara sektor masyarakat sipil dan
perusahan berubah dari orientasi philantropis menuju kemitraan strategis.
Membangun kemitraan strategis dengan perusahan dan pemerintah serta organisasi lain tentu
berbeda. Berikut ini adalah beberapa tips dalam membangun kemitraan strategis dengan
perusahaan.
Membangun Kemitraan Strategis
1. Perjelas perbedaan nilai dalam organisasi dengan perusahan. Pemahaman perbedaan nilai ini
akan membantu merumuskan kerjasama strategis apa yang dapat memperkuat nilai yang
dipegah teguh oleh organisasi dan perusahan
2. Dorong perusahaan yang hendak terlibat dalam organisasi untuk berkontribusi dalam
peningkatan
pelayanaan organisasi, usulkan kerjasama yang inovatif dan berjangka panjang
3. Cari waktu dan contak person yang tepat dalam perusahaan
4. Buat data base perusahaan yang berpotensi dan memiliki visi perubahan sosial
5. Kembangakan sistem informasi yang dibutuhkan perusahan untuk terlibat dalam kegiatan
organisasi.
Dengan tips sederhana diatas, semoga mendorong kerjasama antara sektor masyarakat sipil dan
perusahan berubah dari orientasi philantropis menuju kemitraan strategis.
Dunia Usaha Nantikan Pemerintah Manfaatkan Kerja Sama RI-Jepang
Kalangan dunia usaha menantikan langkah cepat pemerintah
memanfaatkan kerangka Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Jepang, (IJEPA) guna
mendorong kinerja dunia usaha dan meningkatkan ketrampilan sumber daya
manusia (SDM).
Dalam diskusi dengan sejumlah asosiasi dan Kadin Indonesia, di
Jakarta, Rabu, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
(AISI) Gunadi Sindhuwinata mengatakan, pemerintah harus mengambil
langkah cepat memperbaiki berbagai masalah internal untuk mendapatkan
manfaat besar dari IJEPA, bagi perekonomian nasional.
Membangun Kemitraan antara Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Program PIDRA
Program PIDRA yang didukung dengan pendanaan pinjaman dari IFAD
(International Fund for Agricultural Development) telah mensyaratkan
terbentuknya kemitraan Program PIDRA dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
sejak awal pelaksanaan Program yaitu sejak tahun 2001. Tujuan membangun
kemitraan agar LSM dapat memberikan dukungan bagi penerima manfaat
program PIDRA dalam banyak hal salah satunya adalah melakukan
identifikasi kebutuhan penerima manfaat, mendorong penerima manfaat
untuk membuat perencanaan secara partisipatif serta membantu penerima
manfaat untuk dapat melaksanakan rencana yang telah mereka buat.
Dengan asumsi daerah binaan Program PIDRA yang meliputi 14 Kabupaten
dalam tiga Propinsi, maka diawal pelaksanaan program, PIDRA bermitra
dengan Tiga LSM Utama yang berkedudukan di Propinsi, dan 14 LSM
Pelaksana yang berkedudukan di Kabupaten. Dengan berjalannya waktu, dan
berubahnya kebijakan serta fokus program maka diawal fase II yaitu
tahun 2005, LSM utama yang berkedudukan di propinsi ditiadakan dan
diganti menjadi LSM ditingkat nasional, dengan harapan semua kegiatan
program dapat di konsolidasikan dan dikomunikasikan dengan lebih cepat
dan tepat.
Jika LSM bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan terhadap
kelompok binaan (kelompok mandiri, federasi dan lembaga pembangunan
daerah), melakukan desain sistem PRA, melakukan perencanaan
partisipatif dan mengembangkan modul bagi penerima manfaat, membantu
mengidentifikasi kebutuhan desa sasaran serta melakukan monitoring
aspek-aspek sasaran program selain memberikan kontribusi untuk menyusun
M&E dan RIMS. Maka Pemerintah dalam hal ini Sekretariat PIDRA
Nasional bertanggung jawab dalam menyusun dan merencanakan kebijakan
yang disetujui oleh Komisi Pengarah, menjamin efektivitas koordinasi
Program antar ketiga propinsi, menjadi penghubung dengan pihak donor
(IFAD); melakukan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh; dan
membuat serta menyerahkan laporan perkembangan pelaksanaan maupun
keuangan dan informasi lainnya bag, termasuk laporan audit. Sementara
tugas Sekretariat PIDRA Provinsi adalah menganalisa data pelaksanaan
program, menyiapkan umpan balik dan pedoman bagi Sekretariat PIDRA
Kabupaten.
Dalam simposium yang baru-baru ini diselenggarakan oleh BWTP
(Banking With The Poor) Network, disebutkan bahwa definisi kemitraan
adalah “Kerja sama antara organisasi dari dua atau lebih sektor yang
berkomitmen untuk bekerja sama untuk sebuah proyek pengembangan secara
berkelanjutan. Kemitraan yang membagi resiko dan keuntungan yang ada,
mereview kemitraan secara rutin dan merevisi kemitraan jika dibutuhkan”
.
Menurut BWTP, Proses Kemitraan yang harus dilalui terbagi dalam tiga tahapan yaitu Eksplorasi kemitraan.
Tahapan ini bertujuan untuk
1) menentukan dan menyetujui hasil akhir yang diinginkan atau lebih dikenal dengan visi kemitraan,
2) melakukan penilaian internal untuk mencari tahu apakah strategi, struktur dan manajemen perlu dianalisa sebelum menentukan kemitraan,
3) identifikasi mitra yang merupakan langkah untuk mencari tahu sumber daya dan kompetensi yang dibutuhkan dalam bermitra.
PIDRA menggunakan kegiatan “bidding” untuk melakukan eksplorasi kemitraan dengan beberapa LSM ditingkat nasional dan ditingkat kabupaten. Dalam hal ini, IFAD sebagai pihak donor memiliki hak untuk menentukan indikator-indikator yang harus diketahui oleh program dalam rangka eksplorasi kemitraan, tentunya dengan tidak membatasi masukan dari program.
Membangun Kemitraan.
Tahapan ini bertujuan untuk
1) Pemetaan sumber daya, kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari tahu apa yang dapat ditawarkan oleh mitra dalam rangka keberhasilan program, bagaimana mengkombinasikan tawaran tersebut dengan kepentingan program dan tentunya informasi mengenai latar belakang kepentingan mitra juga perlu dipertimbangkan.
2) Perjanjian Kemitraan. Kegiatan ini bermaksud memberikan kesempatan pada kedua belah pihak yang ingin bermitra untuk dapat melakukan negosiasi mengenai isi perjanjian kemitraan
3) Membangun kapasitas mitra jika dibutuhkan.
PIDRA menggunakan kegiatan ”uji faktual” pada beberapa mitra yang telah terpilih dalam proses ”bidding” untuk melakukan pemetaan sumber daya, dan kemudian membuat perjanjian pelaksanaan pekerjaan dengan semua LSM yang terlibat dalam program PIDRA. Dalam kegiatan ”uji faktual” tersebut, PIDRA mendata dan menganalisa kualifikasi SDM Tenaga ahli dan petugas lapangan yang ditawarkan oleh LSM termasuk komitmen untuk melakukan Pre-finance. Semua kegiatan ini harus mendapat persetujuan dari IFAD sebagai pihak donor, tak jarang proses persetujuan agak sedikit mengganggu pelaksanaan program. Dalam rangka membangun kapasitas, PIDRA dengan persetujuan dari IFAD telah mengikut sertakan pihak LSM terpilih untuk turut mengikuti program studi banding ke India (MYRADA), Phillipine dan Bangkok.
Menjaga Kemitraan
Tahapan ini bertujuan untuk :
1) Implementasi dan monitor komitmen. Seiring dengan berkembangnya waktu, maka komitmen harus disesuaikan dengan situasi. Apakah perubahan perlu dilakukan atau sama sekali tidak perlu.
2) Menilai value Kemitraan.
PIDRA telah mengalokasikan dana untuk kegiatan monitoring dan supervisi, demikian juga IFAD sebagai pihak donor. Melalui kegiatan monitoring dan supervisi maka temuan-temuan lapangan dapat segera di bahas ditingkat pengambil keputusan. Dalam hal ini penilaian value kemitraan telah terakomodir didalam kegiatan tersebut. Hasil nyata dari kegiatan ini adalah penggantian LSM utama ditingkat propinsi menjadi LSM ditingkat Nasional. Saat ini Program PIDRA telah memasuki tahun ketujuh dari delapan tahun pelaksanaan program. Manajemen PIDRA dan LSM sedang membuat Exit Strategi yang bertujuan agar kelompok penerima manfaat dapat tetap berkembang dan melakukan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.
Ada sebuah cerita seorang wanita pekerja yang senang menghabiskan waktu istirahat makan siangnya dengan membaca buku disebuah taman yang teduh dekat dengan kantor tempat dia bekerja. Saat makan siang tiba, wanita pekerja tersebut menuju taman tempat dia biasa meluangkan waktu makan siangnya sambil membaca. Ditengah keasyikan wanita tersebut membaca buku, datanglah seorang rohaniawan dengan buku bacaannya dan duduk disebelah wanita tersebut. Tak berapa lama terdengar suara tangan yang sedang mengambil biskuit dalam sebuah kantong biskuit kresek…. kresek… wanita pekerja tersebut langsung memandang rohaniawan yang sedang memakan biskuit dengan wajah sedikit heran, dalam hatinya bertanya, bagaimana mungkin seorang rohaniawan mengambil biskuit milik orang lain tanpa ijin dan lalu memakannya tanpa rasa bersalah, lalu dengan sedikit jengkel wanita tersebut mengambil biskuit dan memakannya. Tak berapa lama rohaniawan tersebut meneruskan kegiatannya mengambil biskuit dan memakannya, dengan wajah marah wanita pekerja tersebut mengambil biskuit lagi dan memakannya, tanpa kata-kata wanita pekerja tersebut berusaha menunjukkan rasa marahnya kepada rohaniawan karena memakan biskuit miliknya. Dan ketika untuk ketiga kalinya rohaniawan tersebut mengambil biskuit dan memakannya, si wanita pekerja mengambil kantong biskuit dengan cepat dan memasukan dalam tasnya serta meninggalkan tempat duduknya menuju kantor tempat dia bekerja. Sesampainya di meja kerja, wanita pekerja tersebut baru menyadari bahwa dalam tasnya ada dua kantong biskuit, hal ini berarti bahwa biskuit yang dia makan tadi adalah milik rohaniawan tersebut.
Cerita tersebut mungkin bisa mengilhami kita bahwa untuk bermitra kita harus dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap mitra kita. Dalam cerita ini jika saja, wanita pekerja tersebut mau ber ”baik sangka” dengan menanyakan lebih dulu milik siapa biskuit yang rohaniawan tersebut makan, tentunya kedua orang tersebut dapat menikmati kegiatan membaca mereka diwaktu makan siang.
Menurut BWTP, Proses Kemitraan yang harus dilalui terbagi dalam tiga tahapan yaitu Eksplorasi kemitraan.
Tahapan ini bertujuan untuk
1) menentukan dan menyetujui hasil akhir yang diinginkan atau lebih dikenal dengan visi kemitraan,
2) melakukan penilaian internal untuk mencari tahu apakah strategi, struktur dan manajemen perlu dianalisa sebelum menentukan kemitraan,
3) identifikasi mitra yang merupakan langkah untuk mencari tahu sumber daya dan kompetensi yang dibutuhkan dalam bermitra.
PIDRA menggunakan kegiatan “bidding” untuk melakukan eksplorasi kemitraan dengan beberapa LSM ditingkat nasional dan ditingkat kabupaten. Dalam hal ini, IFAD sebagai pihak donor memiliki hak untuk menentukan indikator-indikator yang harus diketahui oleh program dalam rangka eksplorasi kemitraan, tentunya dengan tidak membatasi masukan dari program.
Membangun Kemitraan.
Tahapan ini bertujuan untuk
1) Pemetaan sumber daya, kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari tahu apa yang dapat ditawarkan oleh mitra dalam rangka keberhasilan program, bagaimana mengkombinasikan tawaran tersebut dengan kepentingan program dan tentunya informasi mengenai latar belakang kepentingan mitra juga perlu dipertimbangkan.
2) Perjanjian Kemitraan. Kegiatan ini bermaksud memberikan kesempatan pada kedua belah pihak yang ingin bermitra untuk dapat melakukan negosiasi mengenai isi perjanjian kemitraan
3) Membangun kapasitas mitra jika dibutuhkan.
PIDRA menggunakan kegiatan ”uji faktual” pada beberapa mitra yang telah terpilih dalam proses ”bidding” untuk melakukan pemetaan sumber daya, dan kemudian membuat perjanjian pelaksanaan pekerjaan dengan semua LSM yang terlibat dalam program PIDRA. Dalam kegiatan ”uji faktual” tersebut, PIDRA mendata dan menganalisa kualifikasi SDM Tenaga ahli dan petugas lapangan yang ditawarkan oleh LSM termasuk komitmen untuk melakukan Pre-finance. Semua kegiatan ini harus mendapat persetujuan dari IFAD sebagai pihak donor, tak jarang proses persetujuan agak sedikit mengganggu pelaksanaan program. Dalam rangka membangun kapasitas, PIDRA dengan persetujuan dari IFAD telah mengikut sertakan pihak LSM terpilih untuk turut mengikuti program studi banding ke India (MYRADA), Phillipine dan Bangkok.
Menjaga Kemitraan
Tahapan ini bertujuan untuk :
1) Implementasi dan monitor komitmen. Seiring dengan berkembangnya waktu, maka komitmen harus disesuaikan dengan situasi. Apakah perubahan perlu dilakukan atau sama sekali tidak perlu.
2) Menilai value Kemitraan.
PIDRA telah mengalokasikan dana untuk kegiatan monitoring dan supervisi, demikian juga IFAD sebagai pihak donor. Melalui kegiatan monitoring dan supervisi maka temuan-temuan lapangan dapat segera di bahas ditingkat pengambil keputusan. Dalam hal ini penilaian value kemitraan telah terakomodir didalam kegiatan tersebut. Hasil nyata dari kegiatan ini adalah penggantian LSM utama ditingkat propinsi menjadi LSM ditingkat Nasional. Saat ini Program PIDRA telah memasuki tahun ketujuh dari delapan tahun pelaksanaan program. Manajemen PIDRA dan LSM sedang membuat Exit Strategi yang bertujuan agar kelompok penerima manfaat dapat tetap berkembang dan melakukan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.
Ada sebuah cerita seorang wanita pekerja yang senang menghabiskan waktu istirahat makan siangnya dengan membaca buku disebuah taman yang teduh dekat dengan kantor tempat dia bekerja. Saat makan siang tiba, wanita pekerja tersebut menuju taman tempat dia biasa meluangkan waktu makan siangnya sambil membaca. Ditengah keasyikan wanita tersebut membaca buku, datanglah seorang rohaniawan dengan buku bacaannya dan duduk disebelah wanita tersebut. Tak berapa lama terdengar suara tangan yang sedang mengambil biskuit dalam sebuah kantong biskuit kresek…. kresek… wanita pekerja tersebut langsung memandang rohaniawan yang sedang memakan biskuit dengan wajah sedikit heran, dalam hatinya bertanya, bagaimana mungkin seorang rohaniawan mengambil biskuit milik orang lain tanpa ijin dan lalu memakannya tanpa rasa bersalah, lalu dengan sedikit jengkel wanita tersebut mengambil biskuit dan memakannya. Tak berapa lama rohaniawan tersebut meneruskan kegiatannya mengambil biskuit dan memakannya, dengan wajah marah wanita pekerja tersebut mengambil biskuit lagi dan memakannya, tanpa kata-kata wanita pekerja tersebut berusaha menunjukkan rasa marahnya kepada rohaniawan karena memakan biskuit miliknya. Dan ketika untuk ketiga kalinya rohaniawan tersebut mengambil biskuit dan memakannya, si wanita pekerja mengambil kantong biskuit dengan cepat dan memasukan dalam tasnya serta meninggalkan tempat duduknya menuju kantor tempat dia bekerja. Sesampainya di meja kerja, wanita pekerja tersebut baru menyadari bahwa dalam tasnya ada dua kantong biskuit, hal ini berarti bahwa biskuit yang dia makan tadi adalah milik rohaniawan tersebut.
Cerita tersebut mungkin bisa mengilhami kita bahwa untuk bermitra kita harus dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap mitra kita. Dalam cerita ini jika saja, wanita pekerja tersebut mau ber ”baik sangka” dengan menanyakan lebih dulu milik siapa biskuit yang rohaniawan tersebut makan, tentunya kedua orang tersebut dapat menikmati kegiatan membaca mereka diwaktu makan siang.
Masyarakat Sejahtera, Lingkungan Lestari
Pengalaman paling berharga sebagai salah satu pelaku Program PIDRA di Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah melihat keberhasilan para petani dan kelembagaannya (Kelompok Mandiri (KM), Lembaga Pembangunan Desa (LPD) dan Federasi) dan para petugas lapangan (Fasilitator LSM dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)/Petugas Teknis Lapangan (PTL)) dalam membangun hidup dan kehidupan para petani, kelompok dan desanya.
Mulai dari desa paling miskin, petani/masyarakat termiskin diantara yang miskin, desa tertinggal, desa terisolir dan predikat marginal lainnya berhasil menjadi desa yang surplus pangan (tidak pernah rawan pangan lagi), usaha perorangan maupun kelompok berkembang, pendidikan bagi anak usia sekolah makin terjamin, kesehatan masyarakat desa semakin meningkat, kebiasaan bertani tebas bakar dan ladang berpindah berubah menjadi ladang menetap dengan teras-teras yang tertata rapi, dari usaha tanam menanam hanya pada musim hujan saja menjadi tanam menanam sepanjang tahun, dari menjual hanya di desa saja secara perorangan menjadi penjual di tingkat kabupaten bahkan bisa menembus pasar nasional melalui pasar lelang di Surabaya-Jawa Timur, pemasaran bersama membuat petani/kelompok tidak lagi dipermainkan harga dan timbangan oleh para pedagang/tengkulak, dari desa terisolir berubah menjadi desa yang sudah dimasuki oleh angkutan umum, dari desa yang tidak pernah di kunjungi para pemimpin wilayah menjadi desa yang dibanggakan para pemimpin wilayah, dari orang/petani yang terpinggirkan menjadi pimpinan/aparat desa, dari orang/petani yang pasrah pada nasib dan alam menjadi orang/petani yang mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatannya sendiri, dari desa yang kering dan tandus menjadi desa yang hijau dan subur, dari desa yang muram menjadi desa penuh dengan keriangan, canda, tawa, nyanyian penuh suka dan bahagia. Ini hanya merupakan gambaran kualitatif tapi bukan berarti hanya cerita kosong atau asal bunyi saja tapi data-data kuantitatif tersedia, hasil survey rumah tangga setiap tahunnya oleh pihak independent juga tersedia, dan yang paling penting bukti nyata tersedia, datang dan berinteraksilah dengan petani, kelompok mandiri, pengurus LPD, pengurus federasi secara langsung di desa pelaksana program PIDRA di Kabupaten TTS, TTU, Alor, Sumba Timur dan Sumba Barat (termasuk Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah).
Pengalaman berharga yang dapat kami bagi adalah Pengalaman yang kami sebut Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat Ramah Lingkungan…. Pengalaman ini bagi kami sangat berharga karena benar-benar suatu proses belajar dari apa yang masyarakat buat. Kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat yang kuat (KM, LPD dan Federasi) memberikan kekuatan dan secara sadar mereka mampu membangun hidup dan kehidupan mereka, membangun desa mereka dan membangun lingkungan alam sekitarnya hasilnya Ladang menetap dengan teras yang tertata rapi dan diisi dengan tanaman2 produktif dan pakan ternak, ternak sapi, kambing, babi dan ayam, embung-embung mini untuk menangkap dan menjebak air hujan sehingga aktivitas pertanian tidak hanya sebatas musim hujan saja dan berkembangnya biogas dari kotoran/cirit sapi sehingga tersedianya bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan. Siklus yang sangat baik dan menguntungkan ini, yaitu ladang, tanaman dan air disatu sisi; ternak sapi, kambing, babi dan ayam yang memanfaatkan hijauan/pakan dari pertanaman diladang dan air dari embung-embung disatu sisi; Biogas memanfaatkan kotoran/cirit sapi untuk penyediaan energi bagi aktivitas hidup manusia di satu sisi; Siklus ini memberikan keuntungan kepada manusia (peningkatan pendapatan) dan menguntungkan bagi kelestarian alam (terasering, embung mini, penghijauan, mengurangi pembakaran dan pemotongan hutan/semak, memanfaatkan limbah dan mengurangi efek pemanasan global)sehingga manusia dapat hidup lebih sejahtera di lingkungan yang lestari.
Banyak program yang telah digulirkan dan dilaksanakan oleh masyarakat tapi tidak banyak program yang dapat menghasilkan seperti siklus tersebut diatas. Program PIDRA yang hanya diawali dengan konsep penguatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat ternyata memberikan dampak yang begitu besar terhadap perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Mari kita belajar dari kearifan dan kekuatan masyarakat pedesaan itu inti dari suatu proses pemberdayaan masyarakat.
Teknologi Usaha Tani berbasis Jagung dilahan Kering
Dengan komposisi tanaman jagung 43 persen dari populasi monokulturnya, pupuk yang diberikan pada tanaman jagung adalah 75 kg urea, 50 kg TSP dan 25 kg KCL per ha. Sedang untuk tanaman kedelai diberikan pupuk 17,5 kg urea, 35 kg TSP dan 17,5 kg KCL per ha. Komposisi tanaman kedelai dalam polatanam ini adalah 90 persen dari populasi monokulturnya.
Semua pupuk untuk kedelai diberikan pada saat tanam. Pupuk untuk jagungdiberikan 2 kali, yaitu 1/3 takaran urea dan semua TSP dan KCL diberikan pada saat tanam. Sisanya, 2/3 takaran urea diberikan pada ± 5 minggu setelah tanam. Kacang hijau yang ditanam setelah jagung dan kedelai tidak dipupuk.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara pemantauan, yaitu penyemprotan insektisida hanya dilakukan apabila ditemukan serangan hama yang merusak. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua kali penyiangan, yaitu pada umur tanaman 3 minggu dan 5-6 minggi setelah tanam. Panen dilakukan apabila tongkol dan polong sudah cukup tua
Pengalaman paling berharga sebagai salah satu pelaku Program PIDRA di Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah melihat keberhasilan para petani dan kelembagaannya (Kelompok Mandiri (KM), Lembaga Pembangunan Desa (LPD) dan Federasi) dan para petugas lapangan (Fasilitator LSM dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)/Petugas Teknis Lapangan (PTL)) dalam membangun hidup dan kehidupan para petani, kelompok dan desanya.
Mulai dari desa paling miskin, petani/masyarakat termiskin diantara yang miskin, desa tertinggal, desa terisolir dan predikat marginal lainnya berhasil menjadi desa yang surplus pangan (tidak pernah rawan pangan lagi), usaha perorangan maupun kelompok berkembang, pendidikan bagi anak usia sekolah makin terjamin, kesehatan masyarakat desa semakin meningkat, kebiasaan bertani tebas bakar dan ladang berpindah berubah menjadi ladang menetap dengan teras-teras yang tertata rapi, dari usaha tanam menanam hanya pada musim hujan saja menjadi tanam menanam sepanjang tahun, dari menjual hanya di desa saja secara perorangan menjadi penjual di tingkat kabupaten bahkan bisa menembus pasar nasional melalui pasar lelang di Surabaya-Jawa Timur, pemasaran bersama membuat petani/kelompok tidak lagi dipermainkan harga dan timbangan oleh para pedagang/tengkulak, dari desa terisolir berubah menjadi desa yang sudah dimasuki oleh angkutan umum, dari desa yang tidak pernah di kunjungi para pemimpin wilayah menjadi desa yang dibanggakan para pemimpin wilayah, dari orang/petani yang terpinggirkan menjadi pimpinan/aparat desa, dari orang/petani yang pasrah pada nasib dan alam menjadi orang/petani yang mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatannya sendiri, dari desa yang kering dan tandus menjadi desa yang hijau dan subur, dari desa yang muram menjadi desa penuh dengan keriangan, canda, tawa, nyanyian penuh suka dan bahagia. Ini hanya merupakan gambaran kualitatif tapi bukan berarti hanya cerita kosong atau asal bunyi saja tapi data-data kuantitatif tersedia, hasil survey rumah tangga setiap tahunnya oleh pihak independent juga tersedia, dan yang paling penting bukti nyata tersedia, datang dan berinteraksilah dengan petani, kelompok mandiri, pengurus LPD, pengurus federasi secara langsung di desa pelaksana program PIDRA di Kabupaten TTS, TTU, Alor, Sumba Timur dan Sumba Barat (termasuk Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah).
Pengalaman berharga yang dapat kami bagi adalah Pengalaman yang kami sebut Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat Ramah Lingkungan…. Pengalaman ini bagi kami sangat berharga karena benar-benar suatu proses belajar dari apa yang masyarakat buat. Kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat yang kuat (KM, LPD dan Federasi) memberikan kekuatan dan secara sadar mereka mampu membangun hidup dan kehidupan mereka, membangun desa mereka dan membangun lingkungan alam sekitarnya hasilnya Ladang menetap dengan teras yang tertata rapi dan diisi dengan tanaman2 produktif dan pakan ternak, ternak sapi, kambing, babi dan ayam, embung-embung mini untuk menangkap dan menjebak air hujan sehingga aktivitas pertanian tidak hanya sebatas musim hujan saja dan berkembangnya biogas dari kotoran/cirit sapi sehingga tersedianya bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan. Siklus yang sangat baik dan menguntungkan ini, yaitu ladang, tanaman dan air disatu sisi; ternak sapi, kambing, babi dan ayam yang memanfaatkan hijauan/pakan dari pertanaman diladang dan air dari embung-embung disatu sisi; Biogas memanfaatkan kotoran/cirit sapi untuk penyediaan energi bagi aktivitas hidup manusia di satu sisi; Siklus ini memberikan keuntungan kepada manusia (peningkatan pendapatan) dan menguntungkan bagi kelestarian alam (terasering, embung mini, penghijauan, mengurangi pembakaran dan pemotongan hutan/semak, memanfaatkan limbah dan mengurangi efek pemanasan global)sehingga manusia dapat hidup lebih sejahtera di lingkungan yang lestari.
Banyak program yang telah digulirkan dan dilaksanakan oleh masyarakat tapi tidak banyak program yang dapat menghasilkan seperti siklus tersebut diatas. Program PIDRA yang hanya diawali dengan konsep penguatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat ternyata memberikan dampak yang begitu besar terhadap perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Mari kita belajar dari kearifan dan kekuatan masyarakat pedesaan itu inti dari suatu proses pemberdayaan masyarakat.
Teknologi Usaha Tani berbasis Jagung dilahan Kering
Dengan pengolahan yang baik, usahatani tanaman pangan di lahan
kering dapat memberikan pendapatan setara gabah 13,4 t/ha/tahun dengan
keuntungan bersih Rp. 2.214. 425/ha. Hal ini menunjukkan bahwa lahan
kering yang dikelola intensif dengan pola tanam yang tepat mampu
memberikan pendapatan yang sepadan dengan pengusahaan lahan sawah. Pola
tanam yang diterapkan adalah jagung kedelai-kacang hijau.
Pengolahan tanah dilakukan dengan dua kali bajak, kemudian
diratakan. Pupuk kandang sebanyak 10-20 t/ha diberikan sepanjang
larikan tanaman sebelum tanam. Saat penanaman, dapat dilakukan dengan
mengikuti alur bajak. Jagung varietas Rama ditanam sistem baris ganda
dengan jarak tanam 40 cm x 25 cm,1 tan./rumpun sebanyak dua baris, dan
jarak antar baris ganda berikutnya 300 cm. Kedelai varietas wilis
ditanam di antara baris ganda jagung dengan jarak 40 cm x 10 cm, 2
tan./rumpun. Kacang hijau varietas walet ditanam setelah jagung dan
kedelai dipanen, dengan jarak 40 cm x 10 cm, 1 tan./rumpun.Dengan komposisi tanaman jagung 43 persen dari populasi monokulturnya, pupuk yang diberikan pada tanaman jagung adalah 75 kg urea, 50 kg TSP dan 25 kg KCL per ha. Sedang untuk tanaman kedelai diberikan pupuk 17,5 kg urea, 35 kg TSP dan 17,5 kg KCL per ha. Komposisi tanaman kedelai dalam polatanam ini adalah 90 persen dari populasi monokulturnya.
Semua pupuk untuk kedelai diberikan pada saat tanam. Pupuk untuk jagungdiberikan 2 kali, yaitu 1/3 takaran urea dan semua TSP dan KCL diberikan pada saat tanam. Sisanya, 2/3 takaran urea diberikan pada ± 5 minggu setelah tanam. Kacang hijau yang ditanam setelah jagung dan kedelai tidak dipupuk.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara pemantauan, yaitu penyemprotan insektisida hanya dilakukan apabila ditemukan serangan hama yang merusak. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua kali penyiangan, yaitu pada umur tanaman 3 minggu dan 5-6 minggi setelah tanam. Panen dilakukan apabila tongkol dan polong sudah cukup tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar